Pembukaan Kegiatan Uji Kompetensi Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak Tahun 2024
Program Sertifikasi Kompetensi dan Profesi Mahasiswa Vokasi Tahun 2024 merupakan gawai tahunan yang dilaksanakan oleh Jurusan Teknologi Pertanian, dalam menyiapkan lulusan yang berkualitas dan berkompeten. Adapun Skema Uji Kompetensi yang akan dilaksanakan terbagi menjadi 3, yaitu Skema Sertifikasi Okupasi Asisten Kebun Kelapa Sawit, Skema Sertifikasi Okupasi Proksimat dan Skema Sertifikasi Okupasi Teknisi Laboratorium. dengan dilaksankan kegiatan ini diharapkan mampu memberikan bekal dan kematangan bagi para calon lulusan sehingga sanggup bersaing di dunia kerja dan industri. Selasa 06 Agustus 2024.

Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Jurusan Teknologi Pertanian
Kegiatan pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) merupakan bagian dari proses mahasiswa baru untuk lebih mengenal lingkungan kampus. Kegiatan ini di selengarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, yang dihadiri oleh Jajaran Manajemen seperti Ketua dan Wakil Ketua Jurusan serta Kordinator Program Studi. dengan dilaksanakan kegiatan ini diharapkan mahasiswa baru dapat belajar dan memahami lingkungan Jurusan Teknologi Pertanian, sebagai gambaran awal mahasiswa baru dalam menjalani keseharianya di lingkungan kampus. Rabu 27 Agustus 2024

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS)
Senin, 25 Agustus 2024
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Politeknik Negeri Pontianak Jurusan Teknologi Pertanian dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Mempawah terkait pemberdayaan petani jahe melalui program reforma agraria. Perjanjian Kerjasama ini merupakan salah satu keseriusan Jurusan Teknologi Pertanian untuk terlibat bukan hanya dibidang pendidikan dan penelitian tetapi juga berusaha untuk meningkatkan kesejahtraan petani melalui pemberdayaan petani jahe.

Kegiatan Pengukuhan Guru Besar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak
Kamis 6 Februari 2025,
Politeknik Negeri Pontianak Kembali Mengukuhan 2 Guru Besar Prof. Dr. Narsih, S.TP., M.P. Sebagai Guru Besar dalam Ranting Ilmu Teknologi Industri Pertanian (Jurusan Teknologi Pertanian) dan Prof. Dr. Nurmala Elmin Simbolon, S.S., M.Ed. Sebagai Guru Besar dalam Ranting Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris (Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan) Politeknik Negeri Pontianak, dua ranting keilmuan ini akan memberikan sumbangsih yang besar bagi dunia pendidikan terlebih khusus bagi Politeknik Negeri Pontianak dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

TambahTingkatkan Kualitas Bubuk Kratom Kapuas Hulu, Polnep Kolaborasi Penelitian dengan Poktan Jongkong dan SMKN 2 Putussibaukan Teks Tajuk Anda Di Sini
RISET: Pengujian daun kratom di Laboratorium Politeknik Pontianak, yang berada di Kampus Program Studi di Luar Domisili (PDD) Putusibau. Riset ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk kratom (IST)
Para siswa SMKN 2 Putussibau telah terlibat dalam pengujian daun kratom di Laboratorium Politeknik Pontianak, yang berada di Kampus Program Studi di Luar Domisili (PDD) Putusibau. Mereka mendapatkan pelatihan untuk menguji proksimat pada daun kratom, yang merupakan bagian dari upaya penelitian untuk meningkatkan kualitas kratom sebagai komoditas unggulan ekspor, terutama di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen kolaborasi dalam Program Penelitian Katalisator Kemitraan Berdikari, Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bubuk daun kratom, yang kini sedang dikembangkan menjadi produk unggulan ekspor.
Abdi Redha, Ketua Tim Peneliti, menjelaskan bahwa di Kapuas Hulu terdapat 11.224 hektare lahan kratom yang dikelola oleh 18.120 petani. Dengan permintaan global yang terus meningkat, dimana pada tahun 2022, permintaan mencapai 8.206,70 ton, prospek pengembangan produk kratom sangat besar.
Namun, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, seperti proses pascapanen, pengolahan, dan kualitas produk yang belum memenuhi standar internasional, seperti kadar mitraginin yang minimal 1,3%, batasan mikrobiologis, dan kandungan logam berat yang aman. Selain itu, kapasitas produksi kratom di Kapuas Hulu masih jauh dari kuota yang disediakan di pasar global. Bahkan mitra penelitian, salah satu perusahan eksportir kratom baru mampu mengekspor bubuk kratom sebanyak 12,5 ton per bulan. Padahal permintaan global mencapai 100 ton per bulan.
Kendala lainnya adalah kurangnya pelatihan teknis dan kolaborasi antara petani, lembaga pendidikan, dan industri. Masalah ini dapat menghambat pengembangan ekosistem bisnis yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini melibatkan Kelompok Tani Kratom Jongkong, salah satu perusahan eksportir kratom, dan SMK Negeri 2 Putussibau, Program Studi Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura (ATPH), untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi.
Abdi Redha menambahkan bahwa riset ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk kratom, kapasitas produksi, dan daya saing kratom di pasar internasional.
“Manfaat utama dari penelitian ini antara lain peningkatan kesejahteraan petani, kontribusi terhadap PDRB, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), peningkatan keterampilan siswa SMK, serta terbentuknya ekosistem bisnis yang berkelanjutan,” jelas Abdi.
Dosen Senior Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) ini juga memproyeksikan dampak ekonomi yang positif dari riset ini. Pengembangan produk kratom diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kelompok tani penghasil kratom.
Salah satu inovasi yang diusulkan adalah penerapan teknologi tepat guna berupa alat pengering daun kratom berbasis fluidized bed. Teknologi ini diharapkan dapat mempercepat waktu pengeringan dan meningkatkan kapasitas pengolahan daun, sehingga menghasilkan bubuk kratom dalam jumlah yang lebih banyak.
Menurutnya, keberhasilan riset ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam perkembangan komoditas ekspor kratom, meningkatkan daya saing di pasar global, serta memberikan manfaat sosial seperti pemberdayaan komunitas lokal, peningkatan kesejahteraan, pengurangan kesenjangan sosial, dan pembangunan berkelanjutan.
“Insya Allah, dengan pengembangan produk berbasis komoditas lokal ini, kita akan memperkuat rasa kebersamaan dan kebanggaan masyarakat dalam memanfaatkan kearifan lokal untuk bersaing di pasar global,” pungkasnya. (r/ser)

Polnep Pontianak Teliti Sengkubak, Daun Spesial Berkhasiat Bagi Kesehatan dari Tanah Kalbar

Daun Sengkubak tidak hanya sekadar penyedap masakan pengganti vetsin bagi sebagian masyarakat di Kalimantan Barat. Lebih dari itu, Sengkubak selain baik untuk kesehatan, juga dipercaya oleh masyarakat yang mengkonsumsinya bisa berumur panjang. Tanaman ini tidak sembarangan tempat bisa hidup. Sengkubak tidak bisa hidup di tanah yang tidak subur. Makanya, jangan coba-coba tanam kalau tidak dipelihara dengan benar, karena memang tanaman ini cukup spesial.
Untuk di Kapuas Hulu tanaman Sengkubak ini ditemukan di Desa Melapi Kecamatan Putussibau Selatan. Untuk itu Polnep Pontianak berkolaborasi bersama Desa Melapi dan SMKN 2 Putussibau melakukan penelitian pemanfaatan daun bernama latin Pycnarrhena Cauliflora ini. Inisiatif ini menggabungkan kearifan lokal masyarakat Dayak dengan pendekatan sains modern untuk menciptakan alternatif penyedap makanan yang sehat dan berkelanjutan.
Dodi Radiansyah Ketua Penelitian menyampaikan, daun Sengkubak adalah daun dari tumbuhan liar hutan khas Kalimantan Barat yang digunakan sebagai penyedap rasa alami, mirip dengan vetsin. Daun ini mengandung asam glutamat, inposin 5-monofosfat (IMP), dan guanosin 5-monofosfat (GMP) yang memberikan rasa gurih.
“Daun sengkubak dikenal dalam tradisi masyarakat Dayak sebagai penyedap masakan. Melalui penelitian ini, tim peneliti dari Politeknik Negeri Pontianak akan menguji kandungan Glutamat alaminya, potensi ekonomis, serta metode pengolahannya menjadi produk Bio-Vetsin,” katanya, Selasa (13/5).
Dodi Radiansah mengatakan, bahwa penelitian ini akan mengangkat budaya lokal masyarakat Kapuas Hulu dalam pemanfaatan penyedap rasa dari daun Sengkubak. “Penggunaan daun Sengkubak sebagai pengganti vetsin sangat baik bagi kesehatan tubuh. Kandungan alami yang ada dalam daun Sengkubak, dipercaya memperkuat daya tahan tubuh. Selain itu juga untuk memperlancar peredaran darah, mencegah gangguan pencernaan,” ungkapnya.
Menurutnya, Sengkubak tumbuh subur di hutan. Umumnya batang atau perpanjangan akarnya melilit di pohon. Pemanfaatan daun Sengkubak untuk pengganti vetsin. “Karena airnya hijau, banyak mengandung zat hijau daun yang bagus untuk tubuh kita, kalau kita gosok diperas pakai air hijau airnya, seperti pandan,” ungkapnya. Oleh sebab itu, penyedap rasa warisan leluhur ini diyakini khasiatnya agar hidup sehat dan panjang umur.
“Bumbu warisan nenek moyang sudah teruji dan terbukti. Nenek moyang dulu jarang, tidak pernah yang sakit jantung, diabetes, kangker, tumor. Jarang kan kita dengar. Padahal, kalau kita tinjau dari sisi kehidupan mereka, sangat sederhana, tapi berumur panjang. Itu bukti bahwa bumbu makanan tradisional sangat baik bagi kesehatan,” jelasnya
Sementara Kepala Desa Melapi Sekundus Luat Maring menyatakan, Ini langkah awal untuk memberdayakan sumber daya hutan sekaligus meningkatkan ekonomi warga. “Untuk kita dukung upaya dari Polnel Pontianak melakukan penelitian terhadap pemanfaatan daun Sengkubak ini,” ujarnya.
Sementara itu Marcieny Kepala Sekolah SMKN 2 Putussibau menekankan pentingnya kolaborasi sekolah dengan perguruan tinggi dalam penelitian berbasis lokal. “Kedepannya hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan potensi dari daun Sengkubak dan dapat di produksi secara komersil sebagai produk pangan alami,” pungkasnya. (Opik)
